Senin, 26 Maret 2012

STRESS


      Setiap orang pasti pernah mengalami stres. Stres menunjukkan adanya tekanan atau kekuatan pada tubuh. Dalam Psikologi, stres digunakan untuk menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu atau organisme agar ia beradaptasi atau menyesuaikan diri.
Stres ada yang bersifat negatif (distress) dan positif (eustress). Distress contohnya adalah kepadatan dan kemacetan lalu lintas, beban ekonomi, kehilangan seseorang yang di cintai dll. Stres dalam hal ini bisa berdampak negatif ke orang yang mengalaminya. Sedangkan eustress contohnya adalah merencanakan pesta pernikahan, menunggu anak pertama dll.
Stres yang di timbulkan pada setiap orang berbeda-beda, walaupun peristiwa yang di alami itu sama. Ada orang yang menjadi sangat kreatif dan produktif justru dalam keadaan stres. Ada seorang pelajar yang tadinya tidak pernah belajar justru baru belajar secara efektif pada saat menjelang ujian. Intinya semakin besar peristiwa yang tidak dapat dikendalikan, semakin besar pula stres yang ditimbulkan. Salah satu alasan mengapa peristiwa itu menyebabkan stres dalah karena orang itu tidak mampu mengontrol atau tidak siap mengalami terjadinya peristiwa itu.


Ada beberapa reaksi psikologi terhadap stres:


1.    Kecemasan
Respon yang paling umum terhadap suatu stresor(sumber stres) adalah kecemasan. Kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai perasaan kuatir, prihatin, tegang, dan takut yang di alami oleh manusia dengan tingkatan yang berbeda beda. Orang yang mengalami ini misalnya bencana alam, pemerkosaan, penculikan akan mengalami gejala yang sangat berat dengan kecemasan yang disebut stres pasca trumatic. Dampak yang di terimanya adalah:
a.    Hilangnya minat menjalankan aktifitas dahulunya dan adanya rasa tersingkir dari orang lain.
b.    Adanya rasa trauma yang berulang-ulang dalam kenangan mimpi.
c.    Gangguan tidur dan sulit berkonsentrasi
2.    Kemarahan dan agresi
Reaksi ini timbul jika upaya seseorang ingin mencapai tujuannya terhalangi, akibatnya muncul dorongan agresi yang selanjutnya memotivasi perilaku untuk merusak objek atau menyebabkan frustasi. Anak-anak sering menunjukan perilaku agresi jika mengalami frustasi.
3.     Apati dan Depresi
Reaksi ini timbul jika seorang individu mengalami kondisi yang terus berjalan dan inidividu tidak bisa mengontrol atau mengatasinya, maka apati dapat menjadi semakin berat dan timbulah depresi.
4.    Gangguan Kognitif
Selain reaksi emosi dampak dari stres, individu juga menunjukan gangguan kognitif berat jika berhadapan dengan stresor yang serius. Mereka sulir berkonsentrasi, sulit mengorganisirkan pikiran secara logis. Akibatnya individu yang melakukan pekerjaan yang kompleks cenderung memburuk. Gangguan ini berasal dari dua sumber yaitu:
a.    Tingkatan emosional yang tinggi ini menyebabkan mengganggukan pengolahan informasi, semakin cepat marah dan cemas.
b.    Kognitif juga dapat mengganggu dalam otak ketika berhadapan dengan stresor. Contohnya kecemasan ujian.  Dimana seorang siswa takut mengerjakan soal, takut akan gagal, atau takut ketidakmampuannya dalam mengerjakan soal. Siswa menjadi sangat terganggu boleh pikiran negatif tersebut sehingga tidak dapat mengikuti instruksi dengan benar atau sulit untuk mengerjakan soal.





Refrensi:
http://jinggasuci.blogspot.com/2011/04/macam-macam-penyebab-stress.html
Buku Psikologi, A.M. Heru Basuki

Tidak ada komentar:

Posting Komentar