Kamis, 18 April 2013

Pandangan Psikoanalisa, Behaviorisme, Dan Humanistik Tentang Manusia


Salam sejahtera untuk pembaca sekalian, kali ini saya sedikit menjelaskan tentang “Pandangan Psikoanalisa, Behaviorisme, dan Humanistik tentang Manusia”. Semoga penjelasan yang saya buat ini bermanfaat untuk kawan-kawan sekalian yang sudah mampir di blog saya ini.

Kata manusia berasal dari kata manu (Sansekerta) atau mens (Latin) yang berfikir, berakal budi, atau homo (Latin) yang berarti manusia. Secara kodrati, manusia merupakan monodualis. Artinya selain sebagai makhluk individu, manusia berperan juga sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk individu, manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri atas unsur Jasmani (raga) dan rohani (jiwa) yang tidak dapat di pisahkan. Pada dasarnya manusia diberi kemampuan akal, pikiran dan perasaan sehingga sanggup berdiri sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya. Setiap manusia senantiasa akan selalu berusah untuk mengembangkan dirinya untuk memenuhi hakikat individualisnya.

Manusia sebagai makhluk individu manusia juga sebagai makhluk sosial yang berarti manusia mempunyai kebutuhan dan kemampuan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia lainnya. Dengan kata lain manusia tidak bisa hidup seorang diri dan membutuhkan kehadiran orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia memiliki perilaku bekerja sama dan bersaing untuk mengembangkan dirinya dan ini juga merupakan akan menjadi salah satu keharmonisan dalam kehidupan sosialnya.

I. Pandangan Psikoanalisa Tentang Manusia

Menurut Freud tujuan pokok dilakukannya analisis terhadap aspek-aspek kejiwaan manusia bukan untuk mendapatkan teknik penyembuhan gangguan jiwa tetapi untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam mengenai kehidupan kejiwaan pada umumnya. Itulah sebabnya pembahasan tentang kepribadian menjadi dominan dalam psikoanalisis. Secara garis besar psikoanalisis membahas kepribadian dari 3 aspek yaitu struktur, dinamika, dan perkembangan.

Struktur Kepribadian

Freud berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu sistem yang terdiri dari 3 unsur yaitu das Es, Ich, dan Ueber Ich ( dalam bahasa inggris dinyatakan dengan the Id, Ego, dan Super Ego), yang masing memiliki aspek, fungsi, prinsip, operasi, dan perlengkapan diri.



a.  Das Es
Das Es (the Id) adalah aspek biologis kperibadian yang paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat naluri-naluri, yang merupakan faktor bawaan. Yang berfungsi untuk mempertahankan konsentrasi, maksudnya adalah membawa organisme dari keadaan tidak menyenangka, karena munculnya kebutuha-kebutuhan ke keadaan seperti semula, yaitu menyenangkan. Prinsip bekerja das Es adalah pleasure principle.
b.  Das Ich
Das Ich atau Ego merupakan aspek psikologis dari kepribadian yang terbentuk dari hasil interaksi individu dengan realitas. Adapun proses yang ada pada das Ich adalah proses sekunder (secondary process). Dengan proses sekudernya tersebut das Ich memformulasikan rencana bagi pemuasan kebutuhan dan menguji apakah hal itu bisa dilakukan atau tidak.

c.  Das Ueber Ich
Das Ueber Ich atau Super Ego adalah aspek sosiologis dari kepribadian, yang isinya berupa nilai-nilai atau aturan-aturan yang sifatnya normative. Menurut Freud das Ueber Ich terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai dari figur-figur yang berperan, berpengaruh, atau berarti bagi individu.

Perkembangn kepribadian individu menurut freud, di pengaruhi oleh kematangan dan cara-cara individu mengatasi ketegangan. Kematangan adalah pengaru asli dari dalam diri manusia. Menurut Freud kepribadian individu telah terbentuk pada akhir tahun kelima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur dasar itu. Selanjutnya freud menyatakan bahwa perkembangan kepribadian berlangsung melalui 6 fase, yang berhubungan dengan kepekaan pada daerah-daerah erogen atau bagian tubuh tertentu yang sensitif terhdap rangsangan. 6 fase itu adalah :
1.      Fase oral (oral stagw) : 0 sampai 18 bulan bagian tubuh yang sensitif terhadap rangsangan dalah mulut.
2.      Fase anal (anal stage) : usia 18 bulan sampai 3 tahun. Pada fase ini bagian tubuh yang sensitif adalah anus.
3.      Fase genital erotik, pada fase ini anank mencari kepuasan seks pada alat kelaminnya. Dalam fase ini seseorang terus berkembang sam,pai usia dewasa melalui 3 fase berikutnya.
4.      Fase phalik (phallic stage) : kira-kira usia 6 sampai pubertas. Bagian tubuh yang sensitif adalah alat kelamin.
5.      Fase laten (latency stage) : kira-kira usia 6 sampai pubertas, pada fase ini dorongan seks cenderung bersifat laten atau tertekan.
6.      Fase genital (genital stage) : terjadi sejak individu memasuki pubertas dan selanjutnya. Pada masa individu telah mengalami kematangan pada organ reproduksi.

II. Pandangan Behaviorisme Tentang Manusia

Jika psikoanalisa memfokuskan manusia hanya pada totalitas kepribadian (yang hanya tingkah laku yang tidak nampak) tetapi teori ini memfokuskan perhatiannya lebih menekan pada perilaku yang nampak, yakni perilaku yang dapat diukur, diramalkan dan di gambarkan.

Manusia, oleh teori behaviorisme disebut sebagai Homo Mechanicus, artinya manusia mesin. Mesin adalah suatu benda yang bekerja tanpa ada motif dibelakangnya, mesin berjalan tidak larena adanya dorongan alam bawah sadar tertentu, ia berjalan semata-mata karena lingkungan sistemnya. Jika mobil kehabisan bensin pasti tidak hidup, jika businya kotor juga mesin mati, jika unsur-unsur lingkungannya lengkap pasti berjalan lancar. Tingkah laku mesin dapat diukur, diramalkan dan di gambarkan. 

Manusia, menurut teori behaviorisme juga demikian. Selain insting, seluruh tingkah laku nya merupakan hasil belajar. Belajar ialah perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Orang batak yang di pinggir pantai laut bicaranya selalu keras,. Karena lingkungan menuntut keras, yakni bersaing dengan suara ombak, sedangkan orang jawa yang hidupnya di perkampungan yang lenggang, bicarnya seperti berbisik-bisik, karena lingkungan tidak menuntut suara keras, berbisk-bisik pun terdengar.

Behaviorisme tidak mempersoalkan apakah manusia itu baik atau buruk, rasionil atau emosionil. Behavirisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilaku manusia dekendalikan oleh lingkungan. Manusia dalma pndangan teori behaviorisme makhluk yang sangat elastis, yang perilaknya sangant di pengaruhi oleh pengalamannya. Manusia munuirut teori ini dapat dibentuk dengan menciptakan lingkungan yang relevan. Seorang anak misalnyadapat di bentuk perilakunya menjadi seorang panakut jika secara sistematis ia di takut-takuti. Demikian juga manusia dapat dibentuk menjadi pemberani, disiplin, cerdas, dungu dan sebagainya dengan menciptakan lingkungan yang relevan.

Dalam teori ini manusia dipandang sangay rapuh tak berdaya menghadapi lingkungan ia dibentuk begitu saja oleh lingkungan tanpa mampu melakukan perlawanan. Aristoteles, yang dianggap sebagai cikal bakal teori behaviorisme memperkenalkan teori tbularasa. Yakni bahwa manusia itu tak ubahnya meja lilin yang siap di lukis dengan tulisan apa saja. Jika kita berpegang pada teori ini maka kita dapat mengatakan bahwa mahasiswa dapat dibentuk maenjadi apasaja (penurut, pemberontak, dan sebagainya) oleh dosenya atau Universitasnya, dan untuk itu kurikulum serta alat-alat stimulasi bisa dirancang.

III. Pandangan Humanistik Tentang Manusia

Jika teori psikoanalisa dan behaviorisme kurang menghargai manusia, karena dalam psikoanalisa, manusia dipandang hanya melayani keinginan bawah sadarnya, behaviorisme memandang manusia yak takluknya kepada lignkungan, maka psikologi humanistik memandang manusia sebagai eksstnsi yang positif dan menentukan manusia di pandang sebagai makhluk yang unik memiliki cinta, kreatifitas, nilai, dan makna serta pertumbuhan pribadi.

Pusat perhatian teori Humanistik, adalah pada makna kehidupan, dan masalah ini dalam psikologi humanistik disebut sebagi Homo Ludens, yaitu manusia yang mengerti makna kehidupan.
Menurut teori psikologi humanistik ini, setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi (unik) dan kehidupannya berpusat pada dirinya. Perilaku manusai bukan dikendalikan oleh keinginan bawah sadarnya (seperti teori psikoanalisa). Bukan pula tunduk pada lingkungannya (seperti teori behaviorisme), tetapi berpusatv pada konsep diri, yaitu pandangan atau persepsi orang terhadap dirinya ,yang bisa berubah ubah dan fleksibel sesuai dengan pengalamannya dengan orang lain. Seorag penjahat yang merasa hebat karena berani nekad dalam perbuatan jahatnya misalya. Karena pengalamnannya dengan jagoan lain yang lebih hebat tetapi baik perilakunya, dapat  saja ia menemukan makna kehidupa, dan kemudian memiliki kosep diri bahwa ia pati dapat mengubah dirnya menjadi orang baik.



Menurut teori ini, manusia selalu berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas dirinya. Manusia juga ingin selallu mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan yang bermakna. Setiap individu bereaksi terhadap situasi yang dihadapinya (stimuli) sesuai dengan konsep diri yang dimilikinya, dan dunia diaman ia hidup.kencenderungan batiniah manusia selalu menuju kesehatan dan keutuhan diri. Jadi, dalm keadaan normal, manusia jalan (pekerjaan, karier atau jalan hidup) yang mendukung pengembangan dan aktualisasi dirinya.

Dalam kehidupan keseharian, terkadang kita jumpai seseorang gadis dari keluarga kaya, tapi justru memilih menjadi guru SD di kampung terpencil, seorang mahasiswa yang cerdas tapi justru aktif dalam kegiatan sosial di daerah kumuh sampai studinya tertinggal oleh kawan-kawannya yang kurang cerdas. Fenomena itu di pandang  positif oleh teori hmanistik, apa yang mungkin di pandang tak lebih sekedar mengikuti dorongan ;libido oleh teori psikoanalisa atau sekedar terbawa arus oleh teori behaviorisme.


Daftar Pusaka  :